
Makanan bukan hanya sekadar pengisi perut, tetapi juga sumber utama zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk tetap sehat. Namun, sering kali kita menyimpan makanan terlalu lama di lemari es atau suhu ruang tanpa menyadari bahwa seiring waktu, kandungan gizinya bisa menurun. Banyak orang yang fokus pada cita rasa dan tampilan makanan, padahal kualitas gizi juga sangat penting. Bahkan, makanan lezat belum tentu menjamin kandungan gizinya masih optimal jika telah disimpan dalam waktu lama.
Penyimpanan makanan adalah hal yang lazim dilakukan, baik dalam skala rumah tangga maupun industri makanan. Namun, tak semua orang paham bahwa lamanya waktu penyimpanan dapat berdampak signifikan terhadap kandungan gizi. Vitamin, mineral, protein, dan lemak bisa mengalami degradasi tergantung pada jenis makanan, suhu, kelembapan, serta cara pengemasan.
Penurunan Nilai Gizi Berdasarkan Jenis Nutrisi
- Vitamin: Vitamin merupakan zat gizi yang paling rentan terhadap perubahan selama penyimpanan. Vitamin C dan beberapa vitamin B, misalnya, sangat mudah teroksidasi jika terpapar cahaya, panas, dan udara. Penelitian menunjukkan bahwa sayuran hijau seperti bayam atau brokoli yang disimpan lebih dari tiga hari dalam suhu lemari es bisa kehilangan hingga 50% kandungan vitamin C-nya. Semakin lama penyimpanan, semakin besar pula risiko kehilangan zat gizi ini.
- Protein dan Lemak: Protein lebih stabil dibanding vitamin, tetapi tetap dapat mengalami perubahan kualitas. Dalam produk hewani seperti daging atau ikan, protein bisa mengalami denaturasi atau bahkan pembusukan jika tidak disimpan dengan suhu dan kelembapan yang tepat. Lemak juga bisa mengalami oksidasi, menghasilkan bau tengik dan menurunkan kualitas gizi serta rasa makanan.
- Mineral: Berbeda dengan vitamin, mineral seperti zat besi, kalsium, dan seng cenderung lebih tahan terhadap waktu penyimpanan. Namun, jika makanan kehilangan kadar airnya secara signifikan, atau terjadi interaksi dengan bahan kimia pengawet, ketersediaan mineral untuk diserap tubuh bisa ikut terpengaruh.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Gizi Selama Penyimpanan
Beberapa faktor penting yang memengaruhi kualitas gizi makanan selama penyimpanan antara lain:
- Suhu penyimpanan: Suhu rendah (seperti dalam lemari es atau freezer) dapat memperlambat kerusakan zat gizi. Namun, pembekuan yang terlalu lama juga bisa merusak tekstur dan komposisi nutrien tertentu.
- Cahaya dan udara: Paparan cahaya dan oksigen dapat mempercepat oksidasi lemak dan kerusakan vitamin.
- Kelembapan: Kadar air yang tinggi memicu pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan kelembapan yang terlalu rendah bisa mengeringkan makanan.
- Jenis wadah: Kemasan kedap udara dan cahaya dapat membantu mempertahankan kualitas gizi lebih lama.
Studi Kasus: Sayuran dan Buah Segar
Sayuran dan buah-buahan segar adalah kelompok makanan yang paling cepat mengalami penurunan gizi. Dalam satu penelitian yang membandingkan kandungan vitamin C pada tomat segar, ditemukan bahwa setelah disimpan selama tujuh hari pada suhu ruang, kadar vitamin C menurun hingga 40%. Demikian pula pada wortel dan selada, yang lebih dari tiga hari penyimpanan menyebabkan penurunan kadar antioksidan yang signifikan.
Jika ingin mempertahankan gizi, konsumsi buah dan sayur sebaiknya tidak lebih dari dua hingga tiga hari setelah dibeli, terutama jika tidak disimpan dalam pendingin.
Pengaruh pada Makanan Olahan
Makanan olahan seperti roti, susu UHT, dan makanan kaleng memiliki ketahanan lebih baik berkat pengawetan. Namun, meskipun stabil secara mikrobiologis, makanan tersebut juga mengalami degradasi nutrisi secara perlahan. Misalnya, susu UHT yang disimpan selama enam bulan akan memiliki kadar vitamin B1 yang lebih rendah dibanding susu segar. Oleh karena itu, walaupun tanggal kedaluwarsa masih lama, kandungan gizinya tidak selalu terjaga secara optimal.
Tips Menyimpan Makanan agar Gizi Tetap Terjaga
- Simpan makanan sesuai dengan panduan suhu: Gunakan lemari es untuk makanan cepat rusak seperti susu, daging, dan sayur segar. Bekukan bahan makanan jika tidak segera dikonsumsi dalam waktu 2-3 hari.
- Gunakan wadah kedap udara: Untuk mencegah oksidasi dan kontaminasi, simpan makanan dalam wadah tertutup yang tidak tembus cahaya dan udara.
- Jangan terlalu lama menyimpan: Idealnya, makanan segar dikonsumsi dalam 1–3 hari. Jika harus disimpan lebih lama, pastikan dibekukan dengan benar.
- Perhatikan tanggal kedaluwarsa dan kondisi fisik makanan: Jangan hanya mengandalkan tanggal, periksa juga bau, warna, dan tekstur makanan.
- Cuci dan olah makanan dengan benar: Hindari mencuci sayur atau buah terlalu lama sebelum disimpan, karena kelembapan berlebih mempercepat kerusakan.
Kesimpulan
Penyimpanan makanan memang memberi kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, namun jika tidak dilakukan dengan benar dan terlalu lama, kandungan gizi makanan dapat menurun secara drastis. Ini terutama berlaku untuk vitamin dan antioksidan dalam sayuran, buah, serta makanan segar lainnya. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa makanan lezat saja tidak cukup; kualitas gizi juga harus menjadi prioritas.
Mengatur waktu penyimpanan yang tepat, memahami cara pengemasan dan suhu ideal, serta memperhatikan kondisi makanan bisa membantu menjaga manfaat gizi yang optimal. Dengan begitu, kita tak hanya menikmati kelezatan makanan, tetapi juga memperoleh manfaat kesehatannya secara maksimal.